Selasa, 25 Januari 2022

JUST SHARE, SEEKERS. (MIXED)

 3. QUE SERA SERA , PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY

ARSIP 28012022/IDEA/2SHARE4SEEKER.docx

4612134

ARSIP 28012022/IDEA/2SHARE4SEEKER.pdf

5153435

ARSIP 28012022/IDEA/Teguh.Qi REVISED 15012022 PLUS.docx

598937

ARSIP 28012022/IDEA/Teguh.Qi REVISED 15012022 PLUS.pdf

1348189


QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan  

PROLOG 
SALAM 
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.

Teaser = 
2022 = Sadhguru Quotes (kebangkitan manusia) - Drakor Wei Dan (pilihan bertanggung jawab)
2021 = Sadhguru Quotes (integritas kesadaran) - Recent Bulgasal (hiduplah sebagai manusia dalam kemanusiawian )
TEASER 
Drakor =
Sadhguru Quotes 

Wei Dan :
Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor
00:02:32 --> --> 00:02:59
Life is about choices.
And those choices...
come with responsibilities.
This is the time...
for me to bear that responsibility.
00:02:32 --> --> 00:02:59
Hidup adalah tentang pilihan.
Dan pilihan itu...
datang dengan tanggung jawab.
Inilah saatnya...
untukku memikul tanggung jawab itu.
Sadhguru Quotes 2022

Bulgasal :E. 02 
00:11:55 --> --> 00:12:27
You are not a Monster.
You were born a human and lived as human
You have the heart of a human.
So live as one 

00:02:32 --> --> 00:02:59
Kau bukan Monster.
Kau terlahir dan tinggal sebagai manusia.
Kau punya hati manusia.
Jadi hiduplah manusiawi sebagai manusia

Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.
 

Dilemma =
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)
Konsideran = 

Hukama Sufisme ;
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = 
Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. 
namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman.  Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ).
Well, memang walau ada kebebasan baik secara individual maupun kolektif dalam kehidupan ini namun senantiasa perlu ada batasan untuk tidak juga melanggar kebebasan individual/kolektif lainnya dalam keseluruhan. Setiap keberadaan berhak hidup dan hadir dalam keunikannya masing-masing. Kami juga tidak tahu apakah bijak, tepat dan benar jika kami juga mengungkapkan paradigma hipothesis pribadi yang pernah tersketsakan puluhan tahun lalu karena bisa jadi ini justru akan menjadi kontroversi yang kontraproduktif jika disampaikan ke publik dikarenakan ini mungkin akan menjadi imaginasi paling 'gila' tentang bentangan yang mungkin bisa dicapai (tepatnya dibayangkan) manusia berdasarkan update referensi yang ada. Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
pengetahuan 

MONOLOG 
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)
Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI ....  
Tampaknya selama ini kami hanya berputar-putar saja …Walau sesungguhnya memang sungkan karena masih rendahnya kenyataan autentik dalam level spiritual dan memang riskan karena tetap perlu keberadaan harmonis dalam label eksistensial , namun tampaknya  pandangan esoteric yang tersembunyi (disembunyikan?) di kedalaman ini memang seharusnya muncul  ke permukaan demi kebijakan pengertian & kebajikan penempuhan untuk mempermudah pencerahan selanjutnya.
Kaidah Gnosis Kosmik ini sesungguhnya sederhana jika kita cukup tanggap akan reversed inference yang ada dan tampaknya terjadi & seharusnya memang akan terbukti dalam mandala advaita ini. Well,  namun demikian walaupun dalam pengetahuan relative mudah difahami & disadari namun dalam penempuhan apalagi untuk penembusan susah untuk dijalani hingga pencapaian pencerahan (kembali pulang) Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan. 
Tentang inferensi hipotetis > analogi 'cocokologi' pembenaran 
kesedemikianan keseluruhan segalanya ..... tiada yang tercela , tiada yang tak tercela , tidak ada yang perlu tercela dalam proses tanazul taraqi ini. tak perlu mencela karena memang tidak ada yang perlu dicela dalam desain sempurna kosmik ini ..... sempurna pada awalnya hingga akhirnya (romantika pelangi yang dinamis antara kewajaran penyesatan & kesadaran pencerahan, kebahagiaan & penderitaan , kemasih-bodohan & kesudah-fahaman, etc etc etc 
bagaimana lagi, nih ? kalau mau maju & baik .... terpaksa harus lebih kontekstual tidak lagi konseptual seperti sebelumnya. malu & ragu karena idea ini baru (asimptot gnosis wisdom sepanjang zaman pada kesadaran di akhir yuga atau awal kalpa ?)... sungkan & riskan karena harus berbenturan dengan konsep yang disakralkan dulu sebelum kebijaksanaaan keseluruhan telah utuh difahami sepenuhnya dan secara bijaksana baru bisa diterima. Ini tidak menyimpang sama sekali dari bahasan sebelumnya namun dengan cara pandang yang lebih luas kita justru akan menerima kesedemikianan ini dengan lebih benar, bijak dan bajik.

PARAMA DHARMA : Just Idea ...
Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
Well, The Greatest evil is Ignorance  Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuan
Walau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.
Avijja ... kebodohan berpandangan - kepicikan berpribadi - kesalahan berprilaku ?
Demi kearifan teratai dalam pemberdayaan (menerima - mengasihi - melampaui)  anggap Avijja kewajaran & dampaknya kelayakan?

MANDALA ADVAITA : just area ..
Dhatu kelayakan evolusi pribadi, kewajaran harmoni dimensi, kesadaran sinergi valensi 
kelayakan evolusi pribadi = peniscayaan kaidah karmik 
why demit eteris ?
kewajaran harmoni dimensi = 
How asura fall ?
kesadaran sinergi valensi = sakshin 
what Buddha ? paradigma sudhavasa di mayapada 
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan tiracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3
Kamavacara : Personal (kealamiahan sensasi kebahagiaan) : Ego - Anicca 
- bawah  : fisik - eterris 
- tengah  :
- atas      

Brahmanada : Transpersonal (KeIlahiahan fantasi keberadaan) : Self - Dukkha 
- bawah 
- tengah 
- atas 

Lokuttara : Impersonal (Keswadikaan esensi Kesunyataan) : Esa - Anatta 
- bawah : Nibbana 
aneka jati Buddha
tanha ? diri  kiriya 
- tengah  : Advaita 
prajna paramitta 
karma ? alam kaidah niyama 
- atas : Paramatta ?
Udana ? 

Triade ( 3 in 1) =
Tuhan ? Impersonal Lokuttara > Transpersonal Brahmanda > Personal Kamavacara(Guardians = cakkavati ?)
Tuhan = tanzih & tasybih ( Kausa Prima , Sentra Segalanya , etc ) 
- Panentheistik > Pantheistik (Dalam keseluruhan) : 
- Non-theistik > Not-theistik  (Tanpa pengagungan diri ) : 
- Post Taoistik > Absolut Statik (Terus selaras dalam dinamika asymptot penyempurnaan keseimbangan) :Balancing progress (symetry asymetry)
Dharma Vihara  

FORMULA SWADIKA : Just Such ...
GRAND DESIGN 
Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku.  Well, harmoni dimensi (juga sinergi valensi) memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)

DI KEDALAMAN  = athi nyana 
Sanatana bagi esensi sejati  
Evolusi Pribadi, Harmoni Dimensi Sinergi Valensi 
Evolusi Pribadi
ingat sita hasitupada 
Harmoni Dimensi 
menjaga kebersamaan < kesemestaan < keseluruhan 
Sinergi Valensi 
tahu diri x identificatif, eksploitatif , alienatif 
+ Swadika , Talenta , Visekha : input eternal progress (karir spiritual?) 

DI PERMUKAAN = biasa saja (ndagelo sakmadyo > mbacut mbadut )
Plus = Swadharma peran diri  
+ kecakapan regista , kemapanan persada, kewajaran persona : 

Epilog :
ovada patimokkha : vs sakralisasi 'spiritual materialism ' = magga phala pencerahan > strata jhana keilahiahan > label  (anggapan internal/ harapan eksternal)
See :slogan pacceka  (Being true, humble & responsible adalah kaidah keniscayaan karena tidak mungkin kita bisa berdusta, berbangga dan bebas sepenuhnya dari tanggung jawab .... apa yang kita lakukan mentally, verbally & actually adalah bayang-bayang  yang selalu menyertai kita dalam permainan keabadiaan ini ... atsar antahkarana ....    
For seekers : kalama sutta : 
keberdayaan > kepercayaan 
kelayakan > penganggapan
keniscayaan > pengharapan 


Etc 
For better, Just Share or Let's talk ... Seekers.
Rehat .... garapan, srawungan, drakoran (bulgasal ?)